Kamis, 01 April 2010

Rasulan Dalam Kehidupan Masyarakat Desa Karangsari

I. Pengertian Umum
‘Rasulan’ menurut pandangan masyarakat merupakan sebuah rangkaian upacara adat bersih desa yang hidup di dalam lingkungan masyarakat Desa Karangsari, kecamatan Jatiyoso, kabupaten Karanganyar. Dimana kegiatan ini dilakukan setiap satu tahun sekali dengan perayaan upacara yang dilakukan secara sederhana dan setiap dua tahun sekali dilaksanakan secara besarbesaran oleh masyarakat desa Karangsari.
Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk adat yang diwariskan oleh masyarakat desa Karangsari dari setiap generasi. Awal mula kemunculan tradisi ini belum dapat ditelusuri, dikarenakan kegiatan yang masih hidup merupakan suatu bentuk kegiatan bersifat sebagai suatu warisan dari para leluhur. Sehingga sulit untuk menemukan sejak kapan tradisi tersebut muncul sebagai suatu kebudayaan masyarakat di Desa Karangsari.
Menurut masyarakat, tradisi bersih desa ‘Rasulan’ yang saat sekarang hidup merupakan suatu bentuk tradisi yang sangat penting di dalam kehidupan mereka. Mereka tidak pernah meninggalkan kegiatan ini disetiap tahunnya, bahkan untuk merubah bentuk upacara yang telah ada tersebut.
Bagi mereka menjalankan tradisi ini adalah suatu kewajiban yang harus dilaksanakan dan tidak boleh ditinggalkan. Merka percaya jika tradisi ini ditinggalkan akan berakibat fatal dan akan berdampak pada kehidupan mereka.
Mereka memahami bahwa upacara ‘rasulan’ yang mereka jalankan memiliki tujuan yang baik bagi mereka. Pada dasarnya kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan desa dari berbagai hal yang dirasa dapat mengganggu ketentraman hidup masyarakat desa Karangsari. Disamping itu, kegiatan ini juga bertujuan sebagai wujud ungkapan rasa syukur masyarakat atas berkah dan rejeki yang mereka dapatkan disetiap tahunnya.




II. Faktor pendukung
A. Masyarakat
Desa Karangsari merupakan salah satu wilayah yang terletak di kecamatan jatiyoso, kabupaten Karanganyar. Letak desa ini berada di wilayah pegunungan yang mana daerah ini terbilang cukup jauh dari daerah perkotaan, meskipun jalan yang terdapat di daerah ini terbilang cukup bagus. Meki demikian sarana transportasi umum belum tersedia.
Desa karangsari terdapat sekitar .....RW ......Rt. dimana sebagaian besar masyaraka bekerja sebagai petani. Jumalah penduduk di wilayah ini kurang lebih........jiwa.
Mayoritas penduduk desa karangsari mengakhiri pendidikan pada tingkat SMA meskipun banyak juga yang hanya sekolah sampai dengan tingkat dasar atau bahkan sama sekali tidak mengenyam pendidikan.
Berbagai bentuk mitos yang berkaitan dengan kepercayaan masih hidup di dalam kehidupan masyarakat desa Karangsari. Cerita2 tentang kekuatan yang menguasai suatu daerah masih sangat erat melekat dalam kehidupan mereka. Berbagai tempat seperti, pohon, batu, sungai dan punden dikultuskan sebagai tempat bersemayamnya para danyang atau kekuatan gaib yang menguasai daerah tersebut.
Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai tempat seperti batu2 besar, pohon2 besar, sungai dan juga punden2 yang terdapat di desa karangsari masih banyak sekali dijumpai berbagai sesaji.













III. Rangakaian Upacara Rasulan

Pada umumnya bentuk upacara rasulan yang dilaksanakan masing masing dusun adalah sama. Hanya saja pemilihan waktu maupun sajian yang diperuntukkan bagi sang danyang yang berbeda. Seperti halnya yang terjadi di dusun Kangsi, upacara diadakan pada setiap hari jum’at kliwon pada bulan ruwah penanggalan tahun Jawa. Upacara diadakan setiap tahun sekali dengan perayaan sederhana. Sedangkan pada dua tahun sekali upacara diadakan secara besar-besaraan.
Penyajian suatu bentuk kesenian dalam upacara ini menjadi suatu pertanda bahwa upacara ini diadakan secara besar-besaran. Bentuk kesenian yang ditampilkan di setiap dusun berbeda-beda. Misalnya di dusun Kangsi dan dusun druju, kesenian yang di gunakan adalah “Sredekan” sedangkan di dusun dawai dan gersono menggunakan kesenian badut tayub sebagai sarana upacara.
Beberapa urutan pelaksanaan upacara bersih desa “Rasulan” adalah sebagai berikut;
1. Sredekan, yang dilaksanakan pada sore hari
2. tirakatan pada malam hari dengan beberapa acara di dalamnya, sbb:
a. sambutan-sambutan dari para tokoh masyarakat
b. pembacaan do’a oleh kyai/ tokoh agama (Islam)
c. begadang bersama
3. Sedekahan yang dilakukan dirumah Bapak Kadus yang kemudian dilanjutkan dengan arak-arakan menuju punden untuk mempersembahkan sesaji untuk sang danyang.
4. Kenduri, yang dilaksanakan dirumah bapak kadus.
Pola penyajian upacara atau ritual yang berlangsung tersebut juga dapat berubah, namun isian acara yang berlangsung akan tetap sama, sbb;
1. tirakatan pada malam hari dengan beberapa acara di dalamnya, sbb:
a. sambutan-sambutan dari para tokoh masyarakat
b. pembacaan do’a oleh kyai/ tokoh agama (Islam)
c. begadang bersama
2. Sedekahan yang dilakukan dirumah Bapak Kadus yang kemudian dilanjutkan dengan arak-arakan menuju punden untuk mempersembahkan sesaji untuk sang danyang.
3. Kenduri, yang dilaksanakan dirumah bapak kadus.
4. Sredekan, yamg dilakukan pada pagi hari.


Tirakatan:
Tirakatan pada rangkaian upacara bersih desa “rasulan” di dusun kangsi dilaksanakan pada malam jum’at kliwon. Dalam kegiatan ini masyarakat berkumpul untuk lek-lekan (begadang) bersama dirumah kadus dusun kangsi.
Masyarakat yang hadir dalam acara ini sebagisan besar berasal dari golongan laki-laki. Kebanyakan masyarakat dari kalangan bapak-bapak dan pemuda. Sedikit sekali wanita maupun anak-anak yang hadir dalam acara ini. Ibu-ibu yang hadir dalam acara ini hanya beberapa saja, dan itupun hanya beberapa yang ditunjuk oleh kadus sebagai penyedia hidangan untuk bapak-bapak maupun pemuda yang hadir dalam acara tersebut.
Sambutan-sambutan dari para tokoh masyarakat mengawali kegiatan tersebut, seperti halnya sambutan dari kepala desa maupun kepala dusun. Dalam sambutan ini, berbagai pesan disampaikan oleh pemimpin desa atau dusun kepada waraga masyarakat untuk tetap menjaga tradisi yang hidup di wilayah mereka. Karena kegiatan ini dirasa sangat berguana bagi masyarakat di dusun tersebut.
Selain sambutan dari para tokoh masyarakat, do’a menjadi bagian terpenting dalam kegiatan ini. Do’a disampaikan oleh seorang kyai atau seorang tokoh agama dalam masyarakat di dusun tersebut. Do’a yang disampaikan merupakan permohonan-permohonan serta harapan masyarakat di da;am kehidupan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Do’a disampaikan denga cara atau adat Islam dalam acara tirakatan ini.
Selanjutnya acara dilanjutkan dengan lek-lekan i(begadang) bersama-sama oleh pere warga masyarakat. Dalam kegiatan ini jika masyarakat menghendaki, sebuah pertunjukan hiburan biasanya dihadirkan di dalamnya. Seperti halnya menghadirkan kesenian campursari di dalamnya.dalam kegiatan ini, masyarakat memiliki tujuan untuk dapat berbahagia bersama-sama. Jika tidak menghadirkan hiburan, masyarakat biasanya mengisi kegiatan ini dengan berjudi, minum atau mungkin hanya mengisinya dengan mengbrol saja.
Kegiatan ini tidak berlangsung hingga matahari terbit. Biasanya, kebanyakan masyarakat undur dari kegiatan ini setelah hidangan disajikan., meskipun tidak semuanya beranjak pergi. Hanya beberapa orang saja yang masih tinggal hingga acara tersebut selesai. Acara tirakatan ini diakhiri pada pkl 02.00 dini hari.


Sedekahan
Acara sedekahan dilaksanakan di rumah kadus di masing-masing dusun di desa Karangsari, seperti halnya sedekahan yang berlangsung di dusun Kangsi yang diselenggarakan di rumah Bp Hartono atau yang lebih akrab dengan panggilan mas Har. Dalam kegiatan ini setiap warga yang hadir membawa hidangan. Bentuk hidangan yang dihadirkan merupakan suatu simbol ungkapan rasa syukur masyarakat atas rejeki yang telah didapatkan. Adapun hidangan yang dihadirkan antara lain;
a. tumpeng, berupa hidangan nasi yang yang berbentuk kerucut. Namun, bentuk tumpeng tersebut kecil, dan disertakan juga sayur serta lauk di dalamnya.
b. Panggang, hidangan yang berupa satu ayam utuh ditusuk dengan bambu yang dibakar (dipanggang).
Acara ini sebagian besar dihadiri oleh ibu-ibu dan anak-anak. Hal tersebut dikarenakan bapak-bapak sudah merasa lelah dengan kegiatan tirakatan yang berlangsung pada malam hari sebelum sedekahan dilaksanakan.
Kegiatan yang dilakukan adalah saling berbagi tumpeng dan panggang antara warga satu dengan yang lainnya. Dalam kegiatan ini setiap warga masyarakat dapat merasakan hidangan (tumpeng dan panggang) yang dibawa oleh masing-masing dari mereka. Rasa kebersamaan dan kekeluargaan tampak dan terwujud dalam kegiatan ini.
Selanjutnya acara dilanjutkan menuju ke punden di yang ada di masing-masing dusun. Bambu yang habis digunakan untuk menusuk panggang dibakar di punden dengan menyajikan sesaji. Adapun isi sesaji yang diletakkan di punden antara lain:
1. Bawang merah
2. Bawang putih (bawang lanang)
3. Daun sirih
4. Injet, batu kapur yang telah diendapkan dengan air.
5. Bunga setaman
6. Beras
7. Uang receh
8. Telur
9. Tambir, pecahan genteng.
Sesaji ini disajikan bersama dengan pembakaran bekas tusuk panggang di punden masing-masing dusun dalam acara sedekahan.



Kondangan

Kegiatan kondangan yang berlangsung di salah satu dusun di desa karangsari, kangsi ini hampir sama dengan kegiatan kondangan yang asih hidup dalam kebudayaan masyarakat Surakarta pada umumnya.
Kegiatan ini dilakukan di rumah kepala dusun di dusun kangsi. Sejumlah makanan dibuat untuk dibagikan kepada warga dusun setempat. Sebelum makanan tersebut dibagikan, do’a dibacakan oleh tokoh agama di dusun tersebut (modin), dimana do’a didibacakan dengan tata cara islam.

Sredekan

Dalam kegiatan rasulan yang berlangsung di desa Krangsari, sebuah bentuk kesenian dihadirkan setiap dua tahun sekali. Kesenian sredekan misalnya, dihadirkan di dusun Kangsi dalam rangkaian upacara rasulan.
Nama sredekan awalnya berasal dari seorang tokoh yang menari dalam upacara rasulan tersebut, yaitu ibu Sredek (65 tahun). Yaitu seorang seniman yang bermodalkan bakat alam yang dimilikinya sebagai seorang penari. Dimana beliau mulai menjadi penari sejak tahun 1954 hingga sekarang. Sejak saat itu pula beliau mengawali kariernya untuk menjadi seorang penari dalam suatu upacara (ritual).
Setiap dua tahun sekali dalam upacara rasulan yang berlangsung di dusun Kangsi, beliau sering diundang untuk menari dalam upacara tersebut. Bahkan bisa dikatakan dusun Kangsi adlah pelanggan ibu Sredek untuk upacara rasulan ini. Adapun alasan warga Kangsi mengundang Sredek untuk menari, dikarenakan masyarakat merasa bahwa Sang danyang atau sang penunggu (makhluk gaib) yang menempati dusun tersebut yang mana diyakini masyarakat sebagai cikal bakal berdirinya dusun tersebut lebih menyukai sredek sebagai hiburan bagi mereka. Karena keberadaan sredek dalam upacara ini difungsikan sebagai hiburan bagi sang danyang disamping hiburan bagi masyarakat juga.
Dalam sredekan, sang penari atau sredek harus mampu mengikrarkan atau mengucapkan mantra atau suatu kelimat dimana kalimat tersebut merupakan sarana penyambung komunikasi antara warga masyarakat dengan sang danyang. Dengan kata lain sredek harus mampu mewakili masyarakat dalam berikrar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar